Kedepannya! IBL Ingin Ciptakan Fanatisme Basket seperti Jepang

Kedepannya! IBL Ingin Ciptakan Fanatisme Basket seperti Jepang

Linesnews – Kedepannya! IBL Ingin Ciptakan Fanatisme Basket seperti Jepang

Setelah mengubah regulasi dan format, IBL kali ini bekerja sama dengan pengelola kompetisi bola basket Jepang, B League dalam mengembangkan dan memopulerkan liga basket di Tanah Air.

Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah menyatakan, basket Indonesia dan Jepang punya kesamaan. Yakni sama-sama bukan olahraga nomor satu di negara masing-masing.

Tapi, baik Indonesia maupun Jepang memiliki pasar beserta potensi yang cukup besar dan harus dibangun.

Nah, Jepang sudah melek lebih dahulu dan industri basketnya sudah sangat menjanjikan dalam 7 tahun terakhir.

Hal itu yang menjadi dasar IBL untuk bekerja sama dengan B League, kompetisi bola basket profesional Jepang.

”Kami berbicara dan diskusi, saya melihat banyak sekali perkembangan, inovasi yang dilakukan B League,” kata Junas Miradiarsyah.

”Rasanya, IBL sebagai liga yang berkembang tidak boleh istilahnya lebih sok tahu. Jadi kami harus belajar dan melihat tolok ukur mana yang cocok untuk diadaptasi,” imbuh Junas.

Selain pasar dan potensi besar, Junas juga menilai pendapatan utama IBL dan B League saat ini sama, yakni sponsor.

Baru diikuti dengan penjualan merchandise, tiket pertandingan, dan hak siar.

Faktor-faktor itu yang membuat IBL belajar ke B League untuk mengadaptasi sistem apa yang tepat untuk digunakan di Indonesia.

Kerja sama kedua belah pihak bersifat jangka panjang. Namun untuk tahap pertama selama 5 tahun terlebih dahulu untuk mengetahui hasil adaptasi tersebut.

Lantas, apa tujuan IBL menggandeng B League? Junas menjelaskan ada 3 poin utama yang jadi fokus. Pertama adalah perihal tata kelola klub dan operator dalam mengarungi IBL 2024 dengan format kandang-tandang.

”Apa yang harus menjadi kunci penyelenggaraan format tersebut,” jelas Junas Miradiarsyah.

Selain itu, kerja sama tersebut juga diharapkan dapat membantu pembinaan dan pengembangan potensi basket usia muda di Tanah Air.

Terakhir terkait dengan format kandang-tandang, yang menurut Junas, sistem itu bukan sekadar memindahkan kewajiban penyelenggara.

Setiap klub, lanjut dia, harus mengembangkan fanatisme penggemar di kotanya masing-masing.

”Kemudian harus mengembangkan fasilitas, pemain, dan sebagainya, sehingga tadi bisnisnya bisa terjadi,” terang Junas Miradiarsyah.

Terkait fanatisme kota dalam penerapan format kandang, Junas menyebut, hal itu sudah terbangun dengan baik di Jepang.

Saat ini, kurang lebih ada 58 tim dari berbagai kota yang tergabung dalam 3 kasta B League, dan semuanya punya basis penggemar yang kuat. Padahal, populasi dan pulau di Negeri Sakura sangat terbatas.

”Ini seharusnya bisa menjadi contoh untuk Indonesia dan setiap klub itu membawa nama kota yang menjadi kebanggaan,” tutur Junas.

Abraham Damar Grahita, pemain Satria Muda Pertamina Jakarta yang musim lalu bermain di B League bersama Veltex Shizuoka, mengakui hal tersebut

”Pengalaman saya bermain di Jepang, mereka bukan bermain sebagai klub, tapi untuk kotanya. Tujuannya menjadikan Shizuoka sebagai sport tourism. Adanya home away, tim kadang punya kesempatan membuat laga semenarik mungkin untuk dijual,” ujar Abraham Damar Grahita.rama

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *